Ring Of Fire, buku karya Lawrance blair yang menceritakan
perjalanan “Lorne dan Lawrance Blair mejelajahi indonesia demi
mendokumentasikan wilayah Cicin Api Pasifik. Tak hanya bertualang, mereka juga
membuat dokumenter penjelajahanpaling menawan itu.” (Majalah GATRA)
Kutipan
diatas sedikit banyak dapat memberi gambaran tentang kisah – kisah spektakuler
yang luar biasa dari buku yang satu ini. Dari 10 bab yang penuh dengan cerita –
cerita yang menawan dan menarik hati, saya terpikat degan kisah HIDUP DI ANTARA
SUKU KAYU pada bab 6.
Diawal
dari kisah perjalanan mereka diceritakan bahwa kepulauan Aru adalah batas
paling timur dalam siklus perniagaan muson tradisional masyarakat bugis, sebab
di balik Aru terletak Belakang Tanah”Ujung Bumi”
yang gelap dan berbahaya. Banyak orang yang takut untuk mendatangi daratan atau tanah besar Nugini, terlebih daerah
rawa – rawa bakau luas Nuguni Barat yakni tempat berdiamnya suku Asmat yang dahulu dikenal sebagai Kanibal.
yang gelap dan berbahaya. Banyak orang yang takut untuk mendatangi daratan atau tanah besar Nugini, terlebih daerah
rawa – rawa bakau luas Nuguni Barat yakni tempat berdiamnya suku Asmat yang dahulu dikenal sebagai Kanibal.
Suku Asmat berkebudayaan kayu, dan mereka tinggal muara rawa – rawa aluvial yang luas sekali dan kata buku ini “paling sulit dijelajahi di dunia.”
Seperti
yang kita ketahui tentang suku Asmat, buku ini juga mengulas tentang kehidupan
suku Asmat sebagai suku Pohon/Kayu, totem dan legenda moyang mereka. Buku ini
juga menceritakan dan menjelaskan tetang ukiran tiang –tiang bis spektakuler
yang merupakan bagian dari ritual rumit yang pada akhirnya mewajibkan
pembunuhan, pemenggalan, dan penyatapan setidaknya satu korban balas dendam
dari desa atau kaln lawan.
Buku ini juga mengulas bagaimana suku Asmat menjadi terkenal ke seantero dunia pada 1961 ketika Michael Rockefeller, putra mantan Wakil Presiden AS, lenyap dari pesisir Asmat.
Buku ini juga mengulas bagaimana suku Asmat menjadi terkenal ke seantero dunia pada 1961 ketika Michael Rockefeller, putra mantan Wakil Presiden AS, lenyap dari pesisir Asmat.
Michael
Rockefeller adalah putra zaman baja: pewaris klan paling digdaya di bangsanya,
yang bangkit berkat kesuksesan industri minyak dan US Steel. Ia mempelajari
Etnologi di Yale dan pada 1961, saat berusia 22 tahun, melakukan perjalanan
pertamanya ke Nugini Indonesia (Tanah Papua sekarang) dalam penghimpunan karya
seni yang disponsori oleh Museumof Primitve Art di New York. Setelah
pejelajahan pertama, penjelajahan kedua menjadi yang kedua dan terakhir
baginya, demi koleksi tunggal terbaik seni Asmat di dunia yang sekarang
disimpan di Metropolitan Museum Of Art di New York. Cerita dan kronologi
Rockefeller coba dihimpun oleh Lawrence dan Lorne dalam Kisah mereka hidup di
Antara Suku Kayu dalam buku Ring Of Fire ini.
Hal yang menarik, dari kisah dalam buku ini yakni muatan lansung dari catatan harian Lorne yang menjelaskan secara rinci penulusaran jejak – jejak Rockefeller yang hilang.
Hal yang menarik, dari kisah dalam buku ini yakni muatan lansung dari catatan harian Lorne yang menjelaskan secara rinci penulusaran jejak – jejak Rockefeller yang hilang.
Dalam
buku ini terungkap bahwa menghilangnya Rockefeller adalah imbas dari patroli
pemerintah yang masuk ke daerah Asmat tepatnya di Otjanep. “Pada April 1958
Patroli pemerintah, yang sedang menyelidiki.
laporan
– laporan soal pengayauan di pantai Cassuarina, membunuh empat panglima perang
di Otjanep. Inilah yang menjadi kemungkinan terbesar penyebab kematian Michael
Rockefeller tiga tahun kemudian.”
Dari
catatan ini jelas bahwa banyak usaha yang dilakukan pemerintah pada waktu itu
untuk mengatasi perang Kayau antara Otjanep dan Omanasep desa tetangganya.
Namun disayangkan yang dilakukan itu menjadi sebuah musibah bagi mereka sendiri.
Rockefeller
tidak menyadari bahwa utang darah menggunung antara sukuAsmat dan suku kulit
putih (Patroli belanda), sehingga tidak dapat memperkirakan bahwa diantara
ke-17 tiang yang hendak ia tawar untuk dibawa pulang, ada beberapa yang masih
menampung arwah – arwah para panglima perang yang terbunuh oleh belanda dan
belum terbalaskan dendamnya. Arwah – arwah yang ada pada bis – bis ini pindah
dari tiang – tiang yang telah dibeli tim perancis sebelum mereka, dan beremayam
pada tiang –tiang yang hendak dibeli Rockefeller yang baru dipahat oleh
masyarakat, menanti masa arwah – arwah ini dilepaskan ke negeri nenek moyang
mereka.
Ironisnya,
Michael Rockefeller telah membeli dan membayar panjar untuk pertanda ajalnya
sendiri. Dari puncak kekayaan di sisi lain dunia, ia terpikat totem – totem
Asmat di rawa –rawa Nugini, untuk menjadi satu – satunya korban yang mewakili
suku kulit putih dari Kebudayaan Baja agar impas dengan Suku Kayu.
Demikian
singkat cerita dari kisah HIDUP DI ANTARA SUKU KAYU pada bab 6 dari Ring of
Fire karya Lawrence dan Lorne Blair.
Aktivis
GambaR
Sumber
gambar Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar