Jaya Asri Entrop: Layaknya Kampung Halaman dalam
ingatan yang mempesona
“Masa Kecil dan perjumpaan dengan Thaha M. Alhamid yang tak
kukenal”
Mereja generasi saat ini tak pernah merasakan
dimarahi dan dikejar dengan kayu, dicubit, dipukul, dan terkadang harus dibiarkan
tidur(malam) depan teras rumah, akibat lalai dengan nasihat orang tua.
Mereka tak pernah merasakan, sepulang sekolah dengan
menggunakan seragam [Sekolah Dasar(SD) atau sampai Sekolah Menengah
Pertama(SMP)] lalu pergi bertamasya ke kali yang kini dijadikan Air Minum
Kemasan di Kota Jayapura(Qualala), atau kali entrop, dengan bermain petak umpet
dalam air, lalu makan makanan hasil curian kebun mama-mama yang berjualan di
Pasar Mama-mama Papua atau mama Papua yang sering berjualan di terminal entrop,
yang pula mengejar dengan sebuah parang dan terkadang panah. Mereka jarang pula
memakan mie instan mentah akibat kelaparan yang melanda setelah menyusuri
lebatnya hutan pegunungan dofonsoro, sampai sempat tersesat akibat lupa arah
jalan pulang, atau melewati jalan-jalan setapak yang kini dijadikan jalan
alternative di kota Jayapura yang kemudian menjadikan bukit-bukitan jalan
alternative sebagai wisata bermain out
bond layaknya mobil roda gila di Papua Trade Center(PTC) yang hanya
menggunakan karung atau pelepah pohon kelapa sambil meluncur dengan kecepatan
60 KM/h. Inilah yang layak dinamakan My Trip My Adventure, meski kini baru disadari.