Kamis, 21 Januari 2016

MENYELAMATKAN DRAKULA

Sungguh tidak adil dan tidak dapat diterima. Seorang penjahat yang bukan saja merampok. Tetapi membunuh dan memarjinalkan dalam aksinya, diselamatkan.

Apa pun alasan yang digunakan untuk menyelematkan penjahat. Tetap saja tidak dapat diterima.
Bukan saja tidak dapat diterima oleh korban yang bersangkutan tetapi juga manusia nan waras  jiwanya yang mengetahui persoalan antara penjahat dan perampok.

Minggu, 17 Januari 2016

DOK IX KALI DI MASA LALU, KINI DAN NANTI


“Untuk apa kau memikirkan masalah kecil itu. Bukan kah, masalah yang kini kau dan kawan-kawan sejalurmu pikirkan dan perjuangkan lebih penting dan mulia dari masalah kecil dikompleksmu !” Ejekan yang selalu muncul dalam pikiran saya. Ketika, saya mengenang  masa kecil saya bersama teman-teman saya yang kini menikmati hidup mereka dengan menyalagunakan narkoba, miras, dan juga mengalami disorientasi dalam pergaulan muda-mudi yang nihil akan nilai rohani dan etika serta adat dan budaya Papua.

Senin, 11 Januari 2016

MASA KECIL DAN PERJUMPAAN DENGAN THAHA M. ALHAMID YANG TAK KUKENAL

Jaya Asri Entrop: Layaknya Kampung Halaman dalam ingatan yang mempesona
“Masa Kecil dan  perjumpaan dengan Thaha M. Alhamid yang tak kukenal”

Mereja generasi saat ini tak pernah merasakan dimarahi dan dikejar dengan kayu, dicubit, dipukul, dan terkadang harus dibiarkan tidur(malam) depan teras rumah, akibat lalai dengan nasihat orang tua.
Mereka tak pernah merasakan, sepulang sekolah dengan menggunakan seragam [Sekolah Dasar(SD) atau sampai Sekolah Menengah Pertama(SMP)] lalu pergi bertamasya ke kali yang kini dijadikan Air Minum Kemasan di Kota Jayapura(Qualala), atau kali entrop, dengan bermain petak umpet dalam air, lalu makan makanan hasil curian kebun mama-mama yang berjualan di Pasar Mama-mama Papua atau mama Papua yang sering berjualan di terminal entrop, yang pula mengejar dengan sebuah parang dan terkadang panah. Mereka jarang pula memakan mie instan mentah akibat kelaparan yang melanda setelah menyusuri lebatnya hutan pegunungan dofonsoro, sampai sempat tersesat akibat lupa arah jalan pulang, atau melewati jalan-jalan setapak yang kini dijadikan jalan alternative di kota Jayapura yang kemudian menjadikan bukit-bukitan jalan alternative sebagai wisata bermain out bond layaknya mobil roda gila di Papua Trade Center(PTC) yang hanya menggunakan karung atau pelepah pohon kelapa sambil meluncur dengan kecepatan 60 KM/h. Inilah yang layak dinamakan My Trip My Adventure, meski kini baru disadari.

Jumat, 08 Januari 2016

TERPER (TERBAWA PERASAAN)

TEPER (Terbawa Perasaan)
Samuel Womsiwor
Biro Hukum dan HAM – BEM FISIP Uncen, 2015/2016
Sekretaris Jenderal GempaR
TEPER, ini berawal dari curhat mengenai kondisi kawan-kawan semasa SMA, yang menyalami banyak cerita cinta, sebabnya ini menjadi alasan mengapa tulisan ini diberi judul demikian.
Untuk kawan, Kadav, van Bone, Dista, Ari, pada awal tahun, lewat waktu cerita yang tak begitu banyak, kalian membawaku berpikir tentang alam Papua yang begitu masyhur ternyata adalah benar. Setiap peluang pasti ada jawabannya. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Kalian berpikir bagaimana bisa memanfaatkan waktu serta kearifan kalian untuk setidaknya mendapatkan uang demi kelangsungan hidup kalian diatas tanah ini. Kalian rela pergi jauh kemanapun, ditempatkan dimana saja untuk segudang impian yang begitu baik yakni bisa BERDIKARI. Hal yang jarang saya jumpai untuk saudara-saudara saya.

Selasa, 05 Januari 2016

EPISTEMOLOGI KIRI

Epistemologi Kiri
“Entah siapa yang memunculkan pertama kali istilah “kiri”, namun dalam perjalanannya “kiri” selalu diidentikkan dengan Komunisme, dan ini merupakan sebuah kesalahpemahaman dan tentu ini adalah salah kaprah, padahal pemikiran kiri adalah pemikiran dan gerakan social yang selalu senantiasa identik dengan melawan, mengkritik, dan memang terkadang nakal untuk menghancurkan segala sesuatu yang bersifat kemapanan”

Jumat, 01 Januari 2016

KENYATAAN NATAL DAN TAHUN BARU DI KOMPLEKS

Hari Natal baru saja berlalu.  Tetapi suasana natal masih terasa lewat musik dan lagu natal yang masih terus diputar. Serta dekorasi natal yang masih terlihat. Begitulah yang saya lihat dan rasakan ketika saya pergi ke rumah mertua saya di kelurahan koya barat distrik muara tami, kota jayapura beberapa hari yang lalu. Tetapi juga beberapa tempat lainnya di kota jayapura. Apa maksudnya ? dengan mempertahannkan dekorasi natal dan memutar lagu-lagu natal ? saya tidak tahu.
Saya ke koya barat untuk menjemput anak saya, Janet yang memilih ikut bersama mamanya untuk berlibur di rumah mertua saya. Alasan Janet, anak saya yang baru duduk di kelasa dua (2) sekolah dasar (SD) membuat saya diam membisu dan tidak bisa menahannya ketika istri saya menyampaikan kalau dia akan merayakan natal dan tahun baru di koya barat dan  akan membawah serta dengan Janet ke sana.