Jumat, 04 Desember 2015

EKONOMI KUAT, BELUM TENTU BAHAGIA


Jujur, aku tak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai untuk menulis hal ini.Tapi kuberanikan diri saja, untuk menulis hal ini. Dengan harapan ada kritik untutk menyempurnakan tulisan ini. Atau sebaliknya menelanjanginya.
Banyak pengertian yang menyatakan bahwa Negara yang ekonominya kuat, akan menjadikan rakyatnya sejahtera. Secara teori mau pun praktek pengertian ini benar.Tetapi yang perlu di ingat bahwa,  bidang ilmu tersebut tidak berdiri sendiri dalam mensejahterakan rakyat di suatu Negara. Tapi ada ilmu lain yang menjadi tiang penyangga bagi ilmu tersebut. diantaranya ialah ilmu politik dan ketatanegaraan.
Satu Negara. sederhananya seperti satu keluarga didalam sebuah bangunan rumah.
Ini adalah contoh yang tak lazim lagi dikalangan masyarakat. Sehingga mustail apa bila tak dipahami oleh kaum intelek.
Dalam satu keluarga ada bapak, ibu dan anak-anak yang hidup didalam bangunan yang disebut rumah. Pekerjaan  Ibu adalah ibu rumah tangga, walau ia seorang presiden pun, tugas mulianya ialah mengatur ekonomi rumah tangga keluarga, serta mengurus keluarga. Bapak sebagai kepala keluarag mencari uang untuk menghidupi keluarga, yang terdiri dari bapa, mama dan anak-anak di dalam rumah.
Agar keluarga sejahtera maka, bapak harus bekerja mencari uang untuk ibu membeli makanan bagi keluarga serta kebutuhan keluarga lainya. Namun tidak bisa dipugkiri bahwa, walau ekonomi keluarga sekuat apapun, apabila relasi didalam keluarga, antara bapa dan mama atau antara anak dan orang tua tidak harmonis maka, yang ada bukanlah kesejahteraan. Tetapi yang ada hanyala keluarga broken home.
Selain dari pada pentingnya relasi didalam keluarga. Bangunan rumah juga sangatlah penting. Bahkan lebih penting dari ekonomi keluarga yang kuat.  
Mengapa bangunan rumah dan relasi didalam keluarga lebih penting dan harus didahulukan ? jawaban sederhananya ialah; bagaimana mungkin keluarga didalam rumah bisa hidup damai dan sejahtera jika, atap bangunan rumah terus dilempar dari luar paga rumah dengan batu kerikil hingga peyot, bahkan bocor. Serta dinding bangunan dan tiang bangunan terus dimakan rayap rumah tangga hingga lapuk. Sampai-sampai angin sepoi-sepoi saja dapat merubuhkan bangunan rumah, karena telah lapuk dimakan rayap rumah tangga.
Jika hal itu terjadi, siapa yang akan keluar untuk menegur sang pelempar rumah dan juga membersihkan rayap rumah tangga yang memakan dinding bangunan dan tiang bangunan. Sementara relasi didalam keluarga tidak harmonis, bahkan lemparan batu kerikil dari luar rumah yang mengakibatkan peyot dan bocornya atap rumah adalah sikap protes dari tetangga akibat pengaduan dari salah satu anggota keluarga didalam rumah.
Dari perumpamaan diatas dapat disimpulkan bahwa, agar sejahtera. bangunan rumah dan relasi antara bapa dan mama, serta anak dan orang tua sangat menentukan. Bukan ekonomi yang kuat. Keluarga yang ekonominya kuat adalah keluarga yang kaya, namun apa bila relasi didalam keluarga tidak harmonis dan atap rumah serta dinding bangunan rumah serta tiang bangunan rumah terus dimakan rayap rumah tangga maka, yang ada bukanlah kesejahteraan. Tatapi keluarga yang akan tercerai-berai.
Gambaran / perumpamaan sederhana diatas kiranya, mau menjadi nasehat bagi pemerinta dan Negara Indonesia untuk tidak membuka diri dulu bagi ekonomi global. Walau memang Indonesia tidak bisa mengisolasi diri dari ekonomi global.  Tetapi sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat sendiri diatas tanah tumpa daranya. Indonesia seharusnya, konsen dulu terhadap negaranya yang lagi diserang oleh Negara-negara luar, akibat pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Negara ini sendiri terhadap rakyatnya. Serta ancaman laten buat Negara, yakni; paham komunis dan juga isu pemisahan diri dari Negara. Contohnya; GAM, RMS dan West Papua dll.
Untuk menguatkan ekonomi Indonesia secara nasional, agar rakyatnya sejahtera pula. Mestinya Indonesia tidak harus membuka diri bagi ekonomi global, mengingat konsep ini belumlah final untuk diterima  oleh Negara-negara lain. Konsep global adalah konsep yang  hanyala ditawarkan oleh individu-individu manusia yang hendak menguasai dunia, guna memuluskan konsep tatanan dunia baru. Individu-individu tersebut ialah para bankir-bankir dunia, yahudi sekuler yang bersembunyi dibalik topeng agama. Tapi kita tidak akan membahas hal ini dalam tulisan ini.
Balik lagi ke masalah Indonesia. Indonesia mempunyai hak untuk membangun dan menguatkan ekonominya sendiri dengan cara menasionalisasi asset asing yang lagi beroperasi di Indonesia. Mengingat keadaan Indonesia yang bila mana kita hendak berkata jujur, keadaan Indonesia sama seperti perumpamaan diatas, broken home dan akan tercerai berai. Karane relasi antara pemerinta Jakarta dan beberapa propinsi di Negara ini tidak harmonis. Serta sedang menghadapi masala laten, pemisahan diri dari Negara dan perang Ideologi. Serta juga ekonominya lagi terpuruk dan sangat memprihatinkan. Hal ini berdampak dari perusahan-perusahan asing yang serakah, dalam beropersi di Indonesia. Contohnya PT.Freeport Indonesia.
Nasib Indonesia secara ekonomi dan juga relasi antara rakyatnya dan penguasa, lagi tidak harmonis. Karena berbagai masala didalam Negara. Namun mengapa ? seorang Jokowi yang terpilih secara demokrasi oleh rakyat Indonesi untuk menjadi presiden, tidak memikirkan nasib rakyatnya yang hidup didalam bangunan yang atapnya bocor, dilempar batu kerikil dari luar rumah dan dinding bangunan serta tiang bangunan yang dimakan rayap ideology, mau mengambil langka penguatan ekonomi negara dengan menjadikan Indonesia sebagai koki (juru masak) bagi Negara-negara asing. Sungguh revolusi mental yang tidak memikirkan mental rakyatnya, yang relasi kehidupan berbangsa dan bernegara didalam bingkai NKRI harga mati, yang harga matinya terbukti telah bangkit dari mati dan menjadi harga yang hidup lagi, bisa sejahtera. Sungguh sangat mustail.
Selayaknya sebagai presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia sendiri, juga secara demokrasi tanpa bantuan asing. Seharusnya memikirkan nasib Negara dan rakyat Indonesia terlebih dahulu sebelum memikirkan masyarakat secara global yang belum tentu memikirkan rakyat Indonesia. Jangan hanya melakukan politik pencitraan demi melanggengkan kekuasaan. Sementara rakyat menderita.
Dengan menggunakan kedaulatan Negara yang adalah rakyat Indonesia sendiri. Jokowi bisa mengisolasi diri sejenak dari konsep ekonomi global dan menasionalisasi asset Indonesia tanpa harus takut kepada Intervensi Negara industry atau Negara-negara pengendali ekonomi dunia. Mengingat ekonomi Indonesia masuk tahap sangat memprihatinkan, menurut ketua dewan kehormatan Partai Amant Nasional (PAN) yang juga adalah pendiri partai berlambang matahari itu, dalam pertemuan yang digelar para petiggi koalisi merah putih (KMP) di bakrie tower, kuningan Jakarta selatan, rabu (20/10/2015)
Ditambahkan lagi oleh Amien Rais, kalau Indonesia sedang berada didalam perangkap ekonomi antara Cina dan Amerika Serikat, dan juga masuk dalam lingkaran Trans Pacific Partnership (TPP) yang digawangi, Amerika Serikat yang adalah Negara kapitalis raksasa di dunia.  
Amien Rais, yang juga perna hadir di acara Kickendy, dan mengatakan konsennya belakangan ini ialah, ia “Amien Rais” lagi konsen terhadap satu pulau besar di Indonesia bagian timur yang sebentar lagi terlepas “Merdeka” dari Indonesia, karena masalah pelanggaran HAM terhadap orang Papua yang dilakukan oleh Negara belum tuntas satu, dibuat lagi 3, bahkan bisa 5 masala HAM dari Negara kepada orang Papua.
“saya belakangan ini, lagi konsen terhadap satu pulau besar di Indonesia bagian timur yang sebentar lagi akan terlepas dari Negara Indonesia. Karena masalah pelanggaran HAM terhadap orang Papua yang dilakukan oleh Negara masih terus terjadi, bahkan satu kasus belum diselesaikan. 3 sampai 5 kasus pelanggaran HAM kepada orang Papua dibuat lagi. Dan itu dibuat oleh Negara, lewat TNI/POLRI yang bertugas di Papua. Hal ini yang membuat saya tidak muncul lagi dipublik belakangan ini.” Demikian ungkap Amien Rais, bapak Revormasi Indonesia. Dengan nada serius ketika di tanya pembawa acara kickendy, Andy Noya.
Ekonomi anjlok, Negara terus disorot masyarakat Internasional dan juga diserang rayap ideology yang adalah masala laten Indonesia. Eehhhh, malah bapak negaranya lagi selingku dengan ibu rumah tangga Negara lain, demi meningkatkan ekonomi Negara selingkuhannya. Hemmm, tapi anehnya lagi, anak-anaknya mendukung bapaknya selingkuh. Hehehehe,,, demikian dinamika Negara Indonesia dan Rakyatnya, hari-hari ini menjelang masa-masa menuju  ekonomi global. semoga bermanfaat.

Oleh. Pilipus Robaha



Tidak ada komentar:

Posting Komentar