Melihat
pondok-pondok natal dan juga Pohon-pohon natal diatas gunung-gunung dan juga
pinggiran-pinggiran jalan yang dibuat oleh para pemuda/i gereja tidak
menimbulkan pertanyaan didalam hati. Tetapi ketika melihat pondok natal dan
juga pohon natal yang dibuat oleh dua institusi penegak hukum, TNI dan Polri di
Papua, Kota Jayapura. Tiba-tiba timbul pertanyaan dari dalam hati.
“Apa
tujuannya” demikian pertanyaan yang secara alami keluar dari dalam hati saya.
Pertanyaan yang juga membuat saya mencari-cari makna natal bagi umat kristen di
dunia.
Dalam
wikipedia, ketika saya mencari-cari makna natal. Disana dituliskan bahwa kata
natal berasal dari bahasa latin yang berarti “Lahir”. Ketika kita merayakan
natal dengan membuat pondok-pondok natal, kita sedang merayakan hari lahirnya
Tuhan Yesus Kristus, dua ribu tahun yang silam. Natal sendiri bukanlah
rutinitas keagaaman yang harus dijalani setiap tahunnya. Namun, inti Natal
adalah memperingati dan merenungkan kembali makna kelahiran Tuhan Yesus
Kristus.
Kelahiran
Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah keselamatan kepada semua manusia, tetapi
lebih ditujukan kepada orang kecil, sederhana, polos dan bersahaja. Hal ini
dadasrkan pada proses tempat dimana Sang Putra Natal itu lahir. Serta kabar
kelahirannya pun hanya dinyatakan oleh malaikat kepada para gembala domba di
padang Efrata, bukan kepada raja Herodes di Istananya. Mengapa demikian ?
sebab, hanya orang yang bersemangat kecil rendah hati dan bersahaja yang mampu
menangkap kehadiran dan kuasa Tuhan. Mereka tidak terikat pada harta, jabatan,
apa lagi kekuasaan. Mereka tak memilikinya. Allah mengasihi jiwa-jiwa yang
ditindas oleh kekuasaan. Itu sebabnya Allah menjelma dalam rupa manusia,
sebagai Putra Natal. Allah tidak berkenan kepada mereka yang keras kepala dan
keras hati ketika memegan kekuasaan dan juga tidak berkenan kepada mereka yang
membunuh hati nuraninya ketika diperintahkan oleh kekuasan, karena dihati
manusia Roh Allah berdiam diri serta
suara dalam hati adalah suara Sang Putra Natal itu sendiri. Sehingga ketika
kita tidak mendengar suara hati kita, bahkan membunuhnya. Berarti kita telah
membunuh Sang Putra Natal yang lahir dalam diri dan hati kita. Apalagi terus
bertegar dalam dosa dan kejahatan, membunuh manusia dengan alasa menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
Hanyalah
pencitraan. Yaaaaaa ! hanyalah pencitraan, demikian jawaban yang saya untuk menjawab pertanyaan alami saya sendiri,
pada saat melihat pondok natal dan pohon natal yang dibuat oleh TNI/Polri. Sebab
ditahun-tahun belakangan ini mereka TNI/Polri turut membuat pondok-pondok Natal
dan pohon Natal bahkan patung tentara dengan dekorasi ala Santa Clas. Tetapi, mereka tidak perna mengalami
kelahiran baru dalam bertindak sebagai penegak hukum di Papua.
Oleh. Pilipus Robaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar