Rabu, 30 Desember 2015

PONDOK NATAL, HANYALAH PENCITRAAN

Melihat pondok-pondok natal dan juga Pohon-pohon natal diatas gunung-gunung dan juga pinggiran-pinggiran jalan yang dibuat oleh para pemuda/i gereja tidak menimbulkan pertanyaan didalam hati. Tetapi ketika melihat pondok natal dan juga pohon natal yang dibuat oleh dua institusi penegak hukum, TNI dan Polri di Papua, Kota Jayapura. Tiba-tiba timbul pertanyaan dari dalam hati.

“Apa tujuannya” demikian pertanyaan yang secara alami keluar dari dalam hati saya. Pertanyaan yang juga membuat saya mencari-cari makna natal bagi umat kristen di dunia.
Dalam wikipedia, ketika saya mencari-cari makna natal. Disana dituliskan bahwa kata natal berasal dari bahasa latin yang berarti “Lahir”. Ketika kita merayakan natal dengan membuat pondok-pondok natal, kita sedang merayakan hari lahirnya Tuhan Yesus Kristus, dua ribu tahun yang silam. Natal sendiri bukanlah rutinitas keagaaman yang harus dijalani setiap tahunnya. Namun, inti Natal adalah memperingati dan merenungkan kembali makna kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kelahiran Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah keselamatan kepada semua manusia, tetapi lebih ditujukan kepada orang kecil, sederhana, polos dan bersahaja. Hal ini dadasrkan pada proses tempat dimana Sang Putra Natal itu lahir. Serta kabar kelahirannya pun hanya dinyatakan oleh malaikat kepada para gembala domba di padang Efrata, bukan kepada raja Herodes di Istananya. Mengapa demikian ? sebab, hanya orang yang bersemangat kecil rendah hati dan bersahaja yang mampu menangkap kehadiran dan kuasa Tuhan. Mereka tidak terikat pada harta, jabatan, apa lagi kekuasaan. Mereka tak memilikinya. Allah mengasihi jiwa-jiwa yang ditindas oleh kekuasaan. Itu sebabnya Allah menjelma dalam rupa manusia, sebagai Putra Natal. Allah tidak berkenan kepada mereka yang keras kepala dan keras hati ketika memegan kekuasaan dan juga tidak berkenan kepada mereka yang membunuh hati nuraninya ketika diperintahkan oleh kekuasan, karena dihati manusia Roh Allah berdiam diri  serta suara dalam hati adalah suara Sang Putra Natal itu sendiri. Sehingga ketika kita tidak mendengar suara hati kita, bahkan membunuhnya. Berarti kita telah membunuh Sang Putra Natal yang lahir dalam diri dan hati kita. Apalagi terus bertegar dalam dosa dan kejahatan, membunuh manusia dengan alasa menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Hanyalah pencitraan. Yaaaaaa ! hanyalah pencitraan, demikian jawaban yang saya  untuk menjawab pertanyaan alami saya sendiri, pada saat melihat pondok natal dan pohon natal yang dibuat oleh TNI/Polri. Sebab ditahun-tahun belakangan ini mereka TNI/Polri turut membuat pondok-pondok Natal dan pohon Natal bahkan patung tentara dengan dekorasi ala Santa Clas.  Tetapi, mereka tidak perna mengalami kelahiran baru dalam bertindak sebagai penegak hukum di Papua.




                                                         

Oleh. Pilipus Robaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar