Kamis, 03 Desember 2015

MASIH AKAN TERUS BERLANJUT



Dahulu ada yang mati dibunuh, kemarin ada  yang mati dibunuh, hari ini ada lagi yang  mati dibunuh berarti sudah sangat pasti bahwa hari besok dan seterusnya ada lagi yang akan mati dibunuh dengan gaya dan cara yang digunakan dahulu, kemarin dan hari ini.
Hal tersebut diatas bukanlah sesuatu yang mustahil. Mengingat ada satu nasihat bijak yang berkata “kesalahan yang pertama apa bila diulang kedua kali maka, yang ke tiga, ke empat dan seterusnya akan menyusul.” Nasihat bijak ini dalam realita hidup orang asli Papua selama hidup bersama Indonesia didalam bingkai NKRI terus dialami dan dirasakan setiap menit dalam sehari.

Nasehat bijak diatas seakan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam realita hidup orang asli Papua pada tiap menit didalam hari-hari hidup bersama dengan Indonesia. realita, mati dibunuh seakan tak bisah dihilangkan atau sedikitnya dikurangi dari tiap menit menjadi sejam saja. Bahkan untuk merubah realita, mati dibunuh sepertinya mustahil dilakukan. Padahal bisa dilakukan. Andai saja para hamba Tuhan sedikit memiliki kebranian seperti raja daniel yang dibuang didalam goa singa dan disertai sedikit kebijaksanaan seperti raja Salomo, ketika  menjadi hakim bagi dua orang perempuan yang merebutkan seorang bayi sebagai anak kandung mereka.
Seharusnya para hamba Tuhan tidak berkompromi dengan singa-singa yang lapar dagin dan haus dara. Dan tidak menjadikan “buku nasehat kehidupan kekal” sebagai “magnet” didalam saku mereka yang siap menarik “koin-koin emas,” ketika memberi nasehat kepada singa-singa berbulu domba tanpa tindakan nasehat. Dan tidak hanya dengan memberi pembelaan kepada yang lemah dengan sekedar berargumentasi dimuka hukum penguasa tanpa menyampaikan kajahatan-kejahatan penguasa  dihadapan Sang Pencipta kahlik langit dan bumi dan dihadapan para pengikut-Nya.  
Tetapi seharusnya mengatakan salah kepada mereka yang berbuat salah dan membenarkan mereka yang berbuat benar dengan berpegan kepada hukum didalam buku kehidupan kekal. Dan juga tidak memplesitkan ajaran dan hukum dalam buku kehidupan kekal sebagai tameng untuk membenarkan kejahatan penguasa dan memaksa yang lemah untuk tunduk dibawah ajaran dalam buku kehidupan kekal yang telah diplesitkan. Seperti “pemerintah adalah wakil Allah sehingga wajib didoakan “ dan kasihilah sesama mu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendir.”
Para hamba Tuhan terus mendoakan pemerintah, penguasa pada tiap kesempatan mereka hendak menaikan doa syafat mereka. Atas nama negara, pemeritah yang katanya adalah wakil Allah telah membunuh ciptaan Tuhan Allah lewat TNI/POLRI. Begitu juga ketika hak mereka yang lemah dirampas, dirampok, diucuri dan lain sebagainya bahkan dibunuh atas nama negara maka, dengan bermodal jubah rohani para penasehat rohani berusaha menenangkan emosi mereka yang lemah dengan kata “Jangan membalas. Karena balasan itu haknya Tuhan” dan juga “kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.” para penasehat berjubah rohani ini seakan lupa kalau sebelum nabi musa memimpin keluar bangsa Israel dari perbudakan dan penjajahan firaun di tanah Mesir. Musa membunuh seorang tentara mesir karena tidak tega melihat perlakuan tentara mesir atas bangsa Israel.
Dahulu ada yang mati dibunuh, kemarin ada  yang mati dibunuh, hari ini ada lagi yang  mati dibunuh berarti sudah sangat pasti bahwa hari besok dan seterusnya ada lagi yang pastinya akan mati dibunuh dengan gaya dan cara yang digunakan dahulu, kemarin dan hari ini kalau para penasehat dunia yang berjubah rohani masih terus berkompromi dan mancari-cari nasehat-nasehat jitu sebagai tameng untuk melindungi penguasa dan melemahkan yang dijajah.




Oleh. Pilipus Robaha





Tidak ada komentar:

Posting Komentar