Rabu, 03 Februari 2016

FAKTOR LEMAHNYA PERLAWANAN IDEOLOGIS MAHASISWA DI PAPUA

Fakta klasik yang selalu menggambarkan siapa itu mahasiswa dan peran seperti apa yang selalu dimainkan anak muda ini, dalam rangka menyelamatkan rakyat dan bangsanya. Agen of Social controle, Agen of change, Iron Stock, dan sebagainya. Istilah seperti ini muncul bukan semata-mata karena kecerdasaan mahasiswa di dalam kelas. Melainkan mahasiswa berhasil menerjemahkan teori dalam sebuah tindakan nyata. Sebab teori yang telah diterima bertolak belakang dengan realitas kehidupan rakyat dan bangsa, sehingga mahasiswa hadir memikul beban terseubut. Secara teori mahasiswa adalah kelompok penekan (pressure grup) supra struktur politik dalam suatu Negara.
Contoh adalah, mahasiswa Indonesia yang telah menorehkan sejarah dengan tintah emas kisah perlawanan mereka. Mahasiswa Indonesia itu dikenal dengan angkatan 1908, angkatan “45”, 60, 70, 80, dan 98. Tanpa mahasiswa dan pemuda itu tidak akan ada negara bernama Indonesia atau kebebasan seperti sekarang ini. Atau juga Timor lesta yang mengirim seorang pemuda mahasiswa yang bernama Ramos Horta pada tahun 1970 an untuk mengalukan lobi dan diplomasi ke Australia hingga dunia, hingga bagaimana mahasiswa timor leste membangun jaringan dan kerja sama dengan mahasiswa Indonesia di kota-kota besar diseluruh Indonesia hingga berhasil menginternasionalisasi isu Timor Leste. Mereka akhirnya referendum dan merdeka.
Bagaimana dengan Papua?
Gerakan perlawanan mahasiswa Papua sejatihnya adalah gerakan politik menuntut kemerdekaan. Segala upaya, daya, dan strategi akan bermuara pada satu tuntutan tersebut. Kalaupun ada yang lain adalah “buah tangan” intelejen Indonesia untuk memecah belah gerakan perlawanan mahasiswa di Papua. Sejarah gerakan Politik mahasiswa Papua sendiri adalah sebuah tranformasi dalam perjuangan Papua yang selama ini berada pada pundak para pejuang, noteben adalah pelaku sejarah. Gerakan mahasiswa Papua secara murni mulai bangkit di era 1990an dan puncaknya pada reformasi 1998 dengan muncurlnya organisasi perlawanan di pulau jawa.
Sedang hari ini di tanah Papua, perlawanan mahasiswanya seperti sedang mati suri. Seminar politik, Seminar HAM, diskusi politik, diskusi lintas asrama, diskusi antar kampus, seperti mengalami banyak hambatan. Ada beberapa factor yang menurut saya mengalami persoalan dan itu berada pada mindset aktivis mahasiswa di Papua khusus di beberapa kota di Papua. Beberapa factor itu saya membagi dalam beberapa poin, antara lain:
1. Idelisme namun tidak ideologis
Aktivis mahasiswa seperti ini menjadikan gerakan mahasiswa sebagai tempat belajar berbicara, memperoleh informasi seputar perjuangan Papua untuk di eksploitasi demi kepentingan pribadi, tidak sedikit juga yang mendorong aksi perlawanan yang hanya mencari sensasi dan popularitas. Baik dikelas maupun di kelompok masyarakat. Biasanya mereka mempersoakan konflik di Papua tetapi tidak menjadikannya beban sebagai anak negri.
2. Memilki jiwa yang lemah
Perjuangan kemerdekaan Papua adalah perjuangan yang lahir karena kesadaran yang mendalam. Sehingga persatuan, nasionalisme, hingga ideology yang tumbuh benar-benar nyata dalam masyarakat Papua. Entah dia masyarakat akar rumput, bahkan pejabat daerah. Demikian dengan para aktivis mahasiswa yang adalah “Iron Stock” dari perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Sehingga sekali melangkah kedalam gerakan mahasiswa dan perlawanannya ada sebuah pantangan “mundur adalah sebuah penghianatan”. Beralih profesi dari seorang aktivis mahasiswa pro kemerdekaan Papua ke dalam sistem NKRI adalah penghianatan, ini hanya terjadi kepada orang yang lemah jiwanya, ideologinya tidak tumbuh, karena tidak memiliki keyakinan kepada dirinya bahkan Tuhan. Tipe seperti ini sebaliknya tidak mudah bergaul dengan orang yang berbeda pandangan karena muda diperngaruhi, dan dibujuk rayu.
3. Direkrut oleh organisasi pemuda NKRI (KNPI) dan Cipayung
Mengapa kami menulis ini? Ada dua alasan, pertama, perjuangan Papua adalah perjuangan idelogis, perjuangan terbuka, untuk mendidik masyarakat Papua tentang ideology politik itu sendiri. Hal tersebut adalah salah satu tugas mahasiswa dalam perjuangan. Sedang organisasi pemuda ini sebaliknya mendidik pemuda mahasiswa untuk menerjemahkan perjuangan rakyat Papua dalam bingkai NKRI. Idelisme mereka tidak ideologis mereka melakukan kontra revolusioner perjuangan Papua. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan AD/ART organsiasi masing-masing yang mengikat setiap kadernya, setiap kegiatannya menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan sebagainya. Para Senior organisasi ini (elit) mendidik mereka untuk anti akan gerakan politik. Alasan kedua, menurut data informasi yang kami terima, organisasi ini adalah alat operasi intelejen untuk mengobrak abrik gerakan perlawanan mahasiswa di Papua beberapa tahun terakhir. Organisasi ini kami percaya bahwa apa bila Indonesia masih dibawah kolonialisme Belanda, organisasi tersebut di atas adalah organsasi buatan Belanda. Sebab mereka telah didik menjadi elit bojuis dan anti rakyat sendiri.
4. Kurang paham penting organisasi politik mahasiswa
Kurang ada kesadaran akan pentingnya perlawanan bersama (organisasi). Mahasiswa Papua cenderung menutup diri terhadap perlawanan politik, tidak bersedia mengemban tanggunjawab dalam organsasi. Sebaliknya mahasiswa lebih memilih menjadikan organisasi mahasiswa, Badan EKsekutif Mahasiswa (BEM) di kampus sebagai organsasi gerakan, sedang notaben organisasi ini adalah organsasi yang terbatas masa waktu bagi pengurusnya. Ketika turun maka mereka akan kehilangan pijakan. Organiasi seperti ini seharusnya hanya digerakan dengan sumer daya terbatas tetapi tidak menjadi kekuatan politik. Demikian.
Gerakan perlawanan mahasiswa di Papua harus bangkit segera. Harus mampu belajar dari catatan sejarah mahasiswa di dunia. Dalam segela keterbatasan, baik biaya, bahkan technology yang terbatas, namun jiwa perlawanan, jiwa pemberontakan mereka melawan kolonialisme dan imperialisme penjajah itu sangat perkasa. Sebab mereka memilki ideology dalam perjuangan.

Salam Revolusi, Kita Lawan untuk Mengakhiri !
Yason Ngelia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar