Minggu, 17 Januari 2016

DOK IX KALI DI MASA LALU, KINI DAN NANTI


“Untuk apa kau memikirkan masalah kecil itu. Bukan kah, masalah yang kini kau dan kawan-kawan sejalurmu pikirkan dan perjuangkan lebih penting dan mulia dari masalah kecil dikompleksmu !” Ejekan yang selalu muncul dalam pikiran saya. Ketika, saya mengenang  masa kecil saya bersama teman-teman saya yang kini menikmati hidup mereka dengan menyalagunakan narkoba, miras, dan juga mengalami disorientasi dalam pergaulan muda-mudi yang nihil akan nilai rohani dan etika serta adat dan budaya Papua.


“Enyalah pikiran kerdil, dan biarkanlah saya merenungkan keadaan kompleks saya dimasa lalu, kini dan nanti. Saya tahu, sadar, dan mengerti kalau masalah yang kini di hadapi bangsa Papua lebih penting dan lebih besar dari masalah lingkungan tempat tinggal saya. Dan untuk memutuskan rantai miras dan penyalah gunaan narkoba yang merantai dan membelenggu hidup dan kehidupan teman-teman angkatan saya dan adik-adik angkatan dibawah saya, di kompleks saya dan juga secara umum di tanah Papua. Hanya satu Papua merdeka, keluar dari bingkai negara kesatuan republik Indonesia.” suara hati saya menghardirk pikiran saya.

“Mereka memilih miras dan menyala gunakan narkoba. Karena pemerintah dan Negara Indonesia tidak mampu dan juga gagal memanusiakan orang Papua. padahal Papua sangat kaya akan sumberdaya alam yang berkelas dunia. sehingga kalau Negara Indonesia serius mengurus orang Papua dan juga tidak serakah dalam mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada di Papua maka, apa yang hari ini saya pikirkan tidak mungkin terjadi secara liar dan terang-terangan begini.” Kecam suara  hati saya mengecam ejekan dari pikiran saya sendiri.
“Berjam-jam didalam kesendirianmu yang sunyi didalam istinamu yang hanya berdinding seng ! apa kesimpulanmu tentang masa lalu, kini dan nanti dari kompleksmu yang kumuh itu. Dan apa yang hendak kau perbuat bagi kompleksmu yang kumuh itu.” suara ejekan itu kembali mengejek saya. Sekaligus menantang.

Hujan sehari menghilangkan panas setahun. Ungkapan bijak ini menjadi kesimpulan dari perenungan  saya selama berjam-jam didalam kamar rumah saya. Buat menilai masa lalu, kini dan nanti dari kompleks atau lingkungan tempat tinggal saya.  Sekaligus menjadi jawaban bagi suara ejekan dalam pikiran saya yang terus mengganggu saya. Agar tidak memikirkan masalah dilingkungan tempat tinggal saya.

Dibilang hujan sehari menghilangkan panas setahun. Sebab pada di masanya, senior-senior pemuda, di kompleks saya. Mulai dari angkatan pemuda pertama hingga  angkatan letin pas saya. Kompleks saya sangat dikenal dengan sebutan “gudang vokal group rohani.”  di kalangan gereja-gereja yang ada klasis kota jayapura. Karena ketika ada perlombaan nyanyi vokal group. Dari gereja, GKI Betania dok 9 kali, paling sedikitnya ada 3 vokal group yang ikut. Dan selalu mendapat juara. sesuatu yang sungguh membanggakan, tentunya. Kegiatan bervokal group di lingkungan saya. Merupakan 1 kegiatan positif dari beberapa kegiatan-kegiatan positif lainya yang membuat masa lalu dari kompleks saya indah untuk dikenang. Tetapi juga mengharumkan nama kompleks saya.

Tapi kini, kompleks yang dulu dikenal dengan gudang vokal group itu, berubah menjadi pintu masuk dan gundang canabis-canabis (ganja). Bahkan dikalangan para supir angkutan umum jalur jayapura kota s/d pasir enam tahunya kalau nama mata jalan masuk kompleks kami adalah mata jalan ganja, bukan lagi mata jalan sulawesi. Hehehe.

Itulah salah satu bagian masa lalu kompleks kami yang menjadi kebanggan kami yang kini telah hilang diracuni oleh budaya asing yang tak bermoral dan juga tak bernilai rohani serta etika. Apa bilah budaya asing yang tak bermoral (penyalagunaan narkoba, miras, dan disco malam serta kriminalitas lainnya) itu tidak dilawan maka, sudah sangat pasti kompleks kami akan menjadi neraka bagi masa depan genarasi muda kami, yang sekarang. Tetapi juga yang sangat dikawahtirkan adalah hancurnya masa depan dari generesai berikut dari generasi kami dan seterusnya. Semoga kekawatiran ini terlalu berlebian saja.

Untuk melawan budaya asing yang kini menghancurkan masa depan generasi muda atau teman-teman sebaya saya dan adik-adik saya, generasi baru di kompleks saya bahkan secara umum di Papua. maka, tak ada pilihan lain selain; aparat keamanan memperketat penjagaan pada jalur-jalur masuk narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) meningkatkan kerjanya, dan pemerintah propinsi, kabupaten dan kota membuat perda tentang pengendalian miras. Sedangkan bagi aparatur pemerintahan terkecil dan masyarakat harus mampu melarang budaya disco malam ala barat yang kini menggeser budaya yosim pancar. Dan bagi pemuda-pemudi Papua, teristimewa teman-teman pemuda jangan pasra dengan keadaan yang ada. Tetapi bersikap kritislah bagi keadaan tersebut. Marilah kita konsulidasi diri kita dalam sebuah wadah untuk mengkritisi keadaan lingkungan kita. Wadah yang kita ciptakan sendiri. bukan partai politik.

Sedangkan untuk organisasi gereja. Kerja pelayanan yang nyata harus dilakukan. Bukan khotba melulu, lalu tidur dengan memeluk alkitab ditangan. Kalau menurut ajaran alkitab, ibadah yang sejati itu mengunjungi janda duda, yatim piatu, para tahanan di penjara, orang-orang sakit yang mendapatkan diskriminasi dan juga anak-anak jalanan,, yaaaaa itu harus dikerjakan. Bukan asal khotba dengan harapan ada warga jemaat yang kerja di dinas sosial. Sehingga nanti menjadi tanggungjawab dia untuk melaporkan kepada atasannya untuk dikerjakan. Atau ada warga jemaat yang provesinya aktivis di LSM jadi bisa dijadikan program kerja bagi LSM mereka. Hehehe..

Tuhan Yesus tidak terlalu banyak berkohtba. Tetapi mengerjakan banyak hal dari apa yang dikohtbahkannya. Bahkan rela mati di gatung di kayu salib oleh pemerintah kekaisaran romawi atas tuduhan palsu dari para ahli-ahli taurat. Sehingga saran pedas saya kepada gereja jangan stressssssss ketika setoran derma ke gereja kurang. Tetapi stresssss lah ketika ada warga jemaatmu yang tidak dapat beribadah karena alasan ekonomi, HAM, dan juga karena ditahan di penjara serta karena alasan politik. Maaf, kalau menyinggung perasaan.

Jika hal ini tidak dapat kerja oleh pihak-pihak yang telah disebutkan maka, masa lalu yang indah akan menjadi cerita tanpa motivasi. Dan dok 9 kali di masa kini dan nanti akan menjadi neraka bagi masa depan generasi mudanya dan secara umum anak asli Papua. ketika hal ini terjadi maka, pemerintah dan negara tidak perlu melawan kelompok oposisi yang ada tetapi sebaiknya mendengar saja solusi yang ditawarkan. Sedangkan bagi gereja jangan berdoa untuk mengutuk. Tetapi cukup menyesal saja. karena dianggap gagal juga. Sekali lagi ! Maaf, kalau menyinggung perasaan. (sampai ketemu di tulisan berikutnya)



Oleh. Pilipus Robaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar